Site icon Kelurahan Karangbesuki Kota Malang

Inovasi Pot Uap Warga Karang Besuki


Kelurahan Karangbesuki, MALANG – Kreativitas warga dalam Lomba Kampung Bersinar patut diacungi jempol. Salah satunya adalah pot uap. Pot bunga ini sederhana tetapi cukup efektif untuk mengatasi saat kekurangan air atau bahkan kebanyakan air pada media tanaman. Pot model ini bisa dijumpai di wilayah RW 02 Kelurahan Karangbesuki. Kelurahan Karangbesuki mengirimkan tiga wilayah RW untuk dinilai, yakni RW 02, RW 03, dan RW 05. RW 03 adalah peserta baru. Dua RW lainnya sudah pernah ikut lomba pada periode sebelumnya.

Pot tersebut ternyata cukup simpel, yakni terbuat dari bekas kemasan air mineral yang dipotong menjadi dua bagian. Bagian atas dimasukkan secara terbalik pada potongan bagian bawah. Nah, bagian atas yang ditempatkan secara terbalik itu yang diisi tanah sebagai media tanaman. Media tanaman disiram air secukupnya. Air yang tidak terserap pada media tanaman akan turun pada bagian bawah botol. Pada saat kering, air tersebut akan menguap dan memberikan efek embun pada tanaman sehingga tanaman tidak kering. Demikian pula sebaliknya, jika air terlalu banyak, air akan mengalir keluar melalui bagian pot yang sebelumnya sudah dilubangi. Dengan demikian, media tanaman tidak akan terlalu basah.

Sementara itu, Tim Juri Lomba Kampung Bersinar juga memanfaatkan sesi evaluasi untuk mensosialisasikan Peraturan Daerah (Perda) berkaitan dengan pengelolaan sampah rumah tangga. Salah satu anggota juri, Dharsono yang juga Ketua Kader Lingkungan Kota Malang selalu mengingatkan warga akan Perda no. 10 Tahun 2010. “Dalam perda tersebut ditegaskan bahwa dalam satu rumah warga diwajibkan mempunyai setidaknya 2 jenis tempat sampah. Yaitu sampah basah dan sampah kering,” ujarnya.

Dharsono menjelaskan, pemilihan sampah sejak dari rumah tangga akan sangat membantu mengurangi beban di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supiturang. “Jika warga sudah terbiasa melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah tangga, maka beban TPA Supiturang akan sangat banyak berkurang. Apalagi, jika sampah basah dan kering bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh warga, maka bakal tidak ada sampah yang terbuang di TPA,” kata Dharsono.

Pemilahan sampah yang berdampak pada pengurangan volume sampah yang dibuang di TPA tersebut harus menjadi kebiasaan seluruh warga. Sebab, jika tidak, lama kelamaan, kata dia, TPA Supiturang tidak akan mampu menampung sampah lagi. “Menurut survey, dalam satu hari saja, ada sekitar 600 ton lebih sampah yang dibuang di TPA Supiturang. Kita bisa membayangkan jika suatu saat Supiturang sudah overload, mau dibuang kemana lagi sampah kita selain harus dimanfaatkan,” kata Dharsono. (sin/lim)

sumber: http://www.malang-post.com/kota-malang/77303-inovasi-pot-uap-warga-karangbesuki

Exit mobile version