UMKM

Warga Karang Besuki Beternak Burung Cinta

Berawal dari kesukaan memelihara burung, Ngateri, warga Jl Raya Candi V, Kelurahan Karangbesuki, Badut Kota Malang saat ini mulai merasakan berkah dari beternak burung love bird. Permintaan pasar yang begitu tinggi atas burung asal Australia ini membuat anakan burung yang diproduksi selalu ludes terjual, Senin (25/2).

Dari sebanyak 27 pasang love bird yang kini dirawat, setiap tiga bulan sekali Ngateri berhasil menjual tak kurang dari 30 ekor anakan love bird. Dengan hanya menempati kamar ukuran sekitar 3 x 3 meter, tak kurang dari Rp 15 Juta kini bisa diraih tiap tiga bulan sekali.

Ngateri mengungkapkan, tidak hanya anakan saja yang laku, love bird indukan juga banyak permintaan. Untuk indukan, harganya jauh lebih mahal, love bird biasa mulai Rp 2,5 Juta yang jenis lotino sepasang Rp 15 Juta – Rp 16 Juta.

“Indukan lebih mahal harganya, sebab tidak mudah menjodohkan love bird,” ujar Ngateri, Senin (25/2).

Beda dengan ayam yang bisa dijodohkan dengan ayam apa saja, love bird adalah burung yang sangat setia. Jika sudah jodoh, burung itu tidak mau dikawinkan selain dengan pasangannya. Bahkan saat pasangannya sedang dalam kondisi buruk, tidak punya bulu sama sekali, love bird tidak akan berpaling memilih pasangan yang lain.

“Begitu setia dan romantisnya burung asal Australia ini sehingga namanya juga romantic love bird,” ujar Ngateri.

Tidak hanya dalam keseharian saja love bird bertindak romantis dengan bahasa tubuh dan kicauan yang indah. Saat mengerami telur, baik jantan maupun betina juga sangat kompak. Kalau yang betina mengerami, yang jantan menjaga, sebaliknya saat yang jantan mengerami, yang betina giliran yang menjaga.

“Saat burung menetas, biasanya langsung kami ambil anaknya. Dengan begitu, love bird segera birahi lagi, bertelur, dan menetas kembali,” tegas Ngateri.

Ngateri menambahkan, kalau burung love bird tidak jodoh, meski sudah dicampur setahun, burung tidak akan mau beranak. Namun, kalau sudah jodoh, sebulan bersama saja sudah bertelur dan segera beranak.

“Di situlah seninya beternak love bird, susahnya mengembangkan burung jenis ini membuat saya yakin usaha ini bisa bertahan lama,” terang Ngateri.

Meski tidak pernah mengiklankan, Ngateri menyebutkan, burung love bird yang dipeliharanya tidak pernah sepi pembeli. Para pembeli tidak hanya berasal dari Malang Raya saja namun sudah sampai Tulunggung, Tuban hingga Situbondo.

“Saya juga sampai heran, darimana pembeli tahu saya beternak love bird. Berapapun saya punya anakan love bird, semuanya habis terjual tanpa perlu menjual ke pasar,” ucap Ngateri.

Meski yakin pasar love bird masih bagus dalam waktu yang lama, Ngateri mengaku, saat ini juga mengembangkan berbagai jenis burung yang lain. Di antaranya Jalak Koci, Nuri Kepala Hitam, Parkit dan Ayam Bangkok.

Dengan begitu banyaknya pesanan yang masuk namun masih belum semuanya bisa dipenuhi, Ngateri mengaku, saat ini sudah membangun tempat lagi untuk menernakkan love bird. Kalau saat ini hanya satu kamar yang sudah berproduksi, dalam beberapa minggu lagi, pihaknya sudah menyiapkan empat kamar lagi untuk mengembangkan usaha.

“Beternak love bird hasilnya lumayan, dari beternak love bird, pada tahun 2001, kami bisa membangun rumah yang cukup representatif untuk ditempati. Ini menjadi tambahan penghasilan bagi saya selain bekerja di ITN Malang,” pungkasnya. (cah/dmb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *